Wednesday, February 29, 2012

TNI AL Ingin Beli Kapal Perang yang Batal Dipesan Brunei

01 Maret 2012

Ketiga kapal Nakhoda Ragam class ditawarkan ke TNI AL. Kapal tersebut cukup ditebus dengan harga 296 juta euro atau sekitar 380 juta dollar AS (photo : Militaryphotos)

Senayan - TNI AL meminta dukungan pada Komisi I DPR RI untuk pembelian tiga kapal perang buatan Inggris. Pembelian alutsista ini guna memperkuat armada perang TNI AL dalam menjaga keamanan dan kedaulatan NKRI di perairan.

Hal ini disampaikan Kepala Staf TNI AL Laksamana Soeparno di sela-sela raker dengan Komisi I DPR di Komplek Senayan, Rabu (29/1). Raker itu membahas hibah KRI Karang Ungaran 985 ke Kabupaten Sangihe Sulawesi Utara.

Soeparno mengatakan, TNI AL ingin membeli tiga kapal perang buatan Inggris. Jenisnya multi role light frigates yang dibangun oleh galangan kapal BAE pada tahun 2001. Kapal pertama telah menyelesaikan tes di laut pada Desember 2003. Kapal kedua dites pada Mei 2004. Kemudian kapal ketiga mulai melaut pada Oktober 2004.

Kapal ini mulanya dipesan Kerajaan Brunei Darussalam. Namun setelah melihat hasil tiga kali uji coba tersebut, pihak Kerajaan membatalkan pesanan.

Jika Brunei enggan, kenapa TNI AL malah bernafsu membelinya?

"Kita sinyalir, pembatalan pembelian kapal perang dari Inggris oleh Brunei bukanlah karena alasan teknis tetapi alasan politis. Yaitu ada ketersinggungan Brunei pada Inggris pada isu tertentu," jawab Soeparno.

Informasi lebih dalam lantas didapat dari otoritas militer Brunei. Ternyata, ungkap Soeparno, jumlah personil angkatan laut negeri kaya itu terbatas jumlahnya. Hanya sekitar 800 personil. Sedangkan tiga kapal perang buatan Inggris itu butuh dioperasikan oleh 330 personil. Alhasil, Brunei bakal kerepotan mengurusnya.

Akhirnya, pada tahun 2007 kapal itu dipindahkan dari Brasko Brunei ke galangan kapal di Inggris. Setahun kemudian Kementerian Pertahanan menawarkan pada TNI AL untuk membelinya.

"TNI AL pun menindaklanjuti hal itu. Kami menyatakan, penawaran tersebut merupakan hal yang sangat baik dalam rangka pemenuhan armada TNI AL," ujarnya.

Brunei sempat membayar sekitar 600 juta poundsterling per kapal. Adapun penawaran ke TNI AL, kapal itu cukup ditebus dengan 296 juta euro atau sekitar 380 juta dollar AS. Angka ini terbilang murah. Di sisi lain pihak Brunei lebih senang jika kapal ini dibeli Indonesia karena punya dok galangan kapal sendiri untuk pemeliharaan. Pihak lain yang berminat adalah Malaysia.

Menurut Soeparno, kapal perang ini canggih karena sudah dilengkapi dengan misil anti kapal selam. Dengan kelengkapan itu, dia bilang, "Sudah dapat mengantisipasi kapal selama milik tetangga."

Su-30MK2 for Vietnam Crashed During the Acceptance Trials

01 Maret 2012

Sukhoi Su-30MK2 (photo : KNAAPO)

Yesterday, in the Khabarovsk region during a training flight accident Su-30MK2, destined to supply the Air Force of Vietnam. Both pilots managed to eject. According to preliminary information, the cause of the incident was not only a fire originating in the right engine when the acceleration, but also problems in the management of a fighter. In the Raman criminal case on the grounds of an offense under Art. 351 of the Criminal Code ("Violation of the rules of safety and training for them").

According to preliminary data of the investigation, the incident took place 140 km from Komsomolsk-on-Amur, at 17:20 local time (around 10:20 GMT), when the Su-30MK2 running test pilots 485 th Military Mission of the Ministry of Defense Lt. Col. Valery Kirilina and Captain Alexei Gorshkov made receiving and acceptance flight. The investigators found that the fighter, who was the property of Komsomolsk-on-Amur Aviation Industrial Association (KNAAPO), performed two tasks: the flight route and accelerate to the maximum indicated airspeed at an altitude of three thousand miles in normal weather conditions.

As noted in the TFR, under the regime of acceleration to the maximum indicated airspeed the captain Kirilin reported in the flight control of a fire engine on the right, then head of the flight crew immediately gave the command of the bailout.

The KnAAPO said one of the pilots suffered during ejection. Injuries or damage from falling aircraft on the ground there. The military investigation department of the TFR for the Komsomolsk-on-Amur garrison prosecuted for the crime under Art. 351 of the Criminal Code ("Violation of the rules of safety and training for them"). In the near future will begin KnAAPO Commission aviation industry complex, which will establish the technical causes of the incident.

(
Kommersant)

Skuadron 21 Kirim Teknisi ke Brasil

01 Maret 2012

Pesawat Super Tucano buatan Embraer Brazil (photo : Patrick's Aviation)

MALANG- Skuadron 21 mengirim satu tenaga teknisi ke Brasil pada Maret ini sebagai persiapan datangnya pesawat Super Tucano di Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh Malang.

Super Tocano menggantikan OV-10F Bronco dijadwalkan tiba pada akhir Juli mendatang.

Kepala Skuadron 21 Mayor (penerbang) James Y Singal mengatakan, selanjutnya akan menyusul penerbang, serta ground and air crew.

Semula pesawat tersebut direncanakan tiba Maret ini sebanyak empat unit secara bertahap. Namun karena berbagai pertimbangan diperkirakan baru Juli tiba di Malang.'

'Sebagai persiapannya, kami sudah membangun sarana pendukungnya berupa hanggar, lima buah shelter pesawat, shelter GSE (ground support equipment), maupun ruangan kantor.
Sementara personel yang akan mengawaki pesawat EMB 314 Super Tucano juga sudah mulai disiapkan, termasuk personel yang akan melaksanakan pemeliharaan tingkat ringan dan sedang.

Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU), Marsekal TNI Imam Sufaat, usai Rapat Pimpinan TNI AU dan Apel Dansat 2012 di Gedung Serba Guna Akademi Angkatan Udara (AAU) Yogyakarta baru-baru ini mengatakan, hingga 2014, TNI AU akan menambah empat pesawat tempur jenis Sukhoi dari Rusia, 16 unit pesawat tempur jenis Super Tucano dari Brazil, T/A-50 dari Korea sebanyak 16 unit, F-16 sebanyak 8 unit, serta 30 unit pesawat F-16.

Penambahan pesawat tempur ini untuk memperkuat tujuh skuadron tempur TNI untuk menjaga wilayah NKRI.

Selain pesawat tempur, TNI AU juga akan menambah pesawat jenis transport C 295, Hercules dan helikopter C 725 sebanyak 80 pesawat. Dalam pengadaan itu, TNI AU telah bekerja sama dengan Korea Selatan hingga 2024.

"Banyak pesawat TNI AU sudah tua atau berumur di atas 30 tahun sehingga perlu peremajaan. Tidak hanya pada pesawat saja tapi juga mencakup sistem persenjataan, seperti bom, roket dan peluru. Hingga tahun 2024, Indonesia akan memiliki 180 pesawat tempur". (jo-77).

Preferred Tenderer Announced for Anzac Frigate Maintenance

29 Februari 2012

HMAS Perth 157 Anzac class frigates (photo : Aus DoD)

A $300 million maintenance and repair contract for the Anzac Class Frigates will be negotiated with Naval Ship Management Australia, following their selection as preferred tenderer. Minister for Defence Materiel Senator Kim Carr said the new five-year contract was expected to provide better outcomes for industry and more effective, value for money outcomes for the Navy.

“In June of last year my predecessor Minister Jason Clare announced the Government’s intention to reform the naval ship repair sector – commencing with the release of the tender for the repair and maintenance of the Navy’s eight Anzac Class frigates,” Senator Carr said.

“I am pleased to announce the outcome of the Tender evaluation. I congratulate Naval Ship Management Australia, a joint venture of Babcock Australia and United Group Infrastructure, for being selected as the preferred tenderer.”

Senator Carr said the announcement follows extensive consultation with industry on a new approach to contracts for repair and maintenance work.

“In contrast to the previous arrangements which required every new maintenance activity to be individually contracted out, the grouping of ship repair and maintenance tasks offers the potential for significant cost savings.

“These savings are achieved through reductions in contracting activity, greater ability to forecast work effort, and productivity gains through greater investment in workforce skills and infrastructure.

“This initiative will provide industry with the predictability, certainty and stability that it needs to achieve efficiencies and provide job security for, and investment in, its workforce.

“This new contracting approach is good for industry, it is good for job security and development, it is good for Navy, and it is good for Australian taxpayers who rightly demand maximum efficiency from every dollar spent on Australia’s defence.”

Contract negotiations are expected to be finalised by June 2012.

Tuesday, February 28, 2012

Singapore and Malaysian Navies Conduct Bilateral Maritime Exercise

28 Februari 2012

Three Formidable class frigates will take part in the exercise (photo : Mindef)

The Republic of Singapore Navy (RSN) and the Royal Malaysian Navy (RMN) are conducting Exercise Malapura, a bilateral maritime exercise, from 27 Feb to 7 Mar 2012. Singapore is hosting this year's exercise, the 22nd in the series held since 1984. RSN Fleet Commander, Rear-Admiral Lai Chung Han and RMN Fleet Operations Commander, Vice Admiral Dato’ Wira Jamil bin Hj Osman officiated at the opening ceremony held at Changi Naval Base (CNB) today.

About 540 personnel from the RSN and RMN are involved in the 10-day exercise which will see both navies carry out joint planning and training at CNB, and conducting drills in conventional naval warfare and maritime security in the Malacca Strait. The RSN is taking part in the exercise with a frigate (RSS Formidable), a missile corvette (RSS Valour), and a patrol vessel (RSS Brave); while the RMN is participating with a frigate (KD Jebat) and two patrol vessels (KD Terengganu and KD Selangor).

Two Kedah class corvettes and one frigate will take part ini the exercise (photo : RMN)

The RSN and RMN interact regularly across a wide range of activities. These include professional exchanges and courses, as well as multilateral activities as part of the Five Power Defence Arrangements. The two navies have also been working closely to enhance maritime security through the Malacca Strait Patrols arrangement. These regular interactions serve to strengthen mutual understanding and professional ties among the personnel of both navies.

Monday, February 27, 2012

Experts Doubt North Korea’s Rocket Upgrade

27 Februari 2012

North Korea's M-1991 multiple launch rocket system (photo : Korea Times)

Military experts and insiders downplayed Monday media reports that North Korea has succeeded in doubling the range of its 240-millimeter multiple launch rocket system (MLRS) in time to celebrate the centennial of the nation’s founder Kim Il-sung’s birth in April.

They said it was nonsense to believe that the impoverished North has made significant progress in the development of a propulsion system that doubles the range of the rockets.

Citing an anonymous government source, media outlets, including Yonhap News Agency, claimed that the communist North recently completed upgrading its model of the 22-round M-1991, a truck-mounted MLRS.

They argued that the South’s entire capital area, home to more than 20 million people, will come under the range of the modified rocket, dubbed “Juche 100 Gun,” as it is capable of travelling more than 120 kilometers.

A senior rocket expert at the Defense Acquisition and Program Administration (DAPA) said the media reports were baseless unless the North has successfully developed a propulsion system that is a quantum leap ahead of advanced countries, including the United States and Russia.

“I’m highly skeptical that the North has technology that even the United States has yet to develop and the world has yet to witness,” he said.

“The range of the South’s 227-millimeter multiple launch rocket system is limited to 45 to 46 kilometers, despite the fact that it has employed the advanced technology of the United States.”

The expert said the range may be doubled if nearly all of the rocket’s explosives are removed to add more fuel. However, then not only the weapon’s accuracy, but its impact too would drop radically.

A senior missile expert at the Ministry of National Defense (MND) also downplayed media reports, saying military intelligence authorities have yet to recognize any noticeable improvement in the North’s 240-millimeter M-1991 rockets.

“If the North has already deployed such a long range rocket as reported, intelligence sources would have spotted it much earlier during the testing of such weapons,” he said.

An intelligence official at the MND concurred with him, saying no intelligence has been received on a major breakthrough in the improvement of the communist nation’s MLRS.

“I’m not sure how the news was generated. It is doubtful that the North has succeeded in doubling the range of a rocket,” he said.

“The North might have intentionally tipped off sources to such misleading information in an attempt to exaggerate its military might without actually having to prove it.”

He said the Pyongyang might have been pressured to do so to dodge criticism of failing to fulfill its pledge of becoming a “powerful and prosperous nation” by 2012.

Officials of the Joint Chiefs of Staff (JCS) declined to comment on the matter, saying they are not allowed to provide any explanation to North Korean weapons development.

The North is known to have been operating two types of 240-millimeter rocket launchers, the 12-round M-1985 and the 22-round M-1991.

According to media reports, intelligence officials here believe the Stalinist state will likely unveil an upgraded version of the M-1991 to the public during a massive military parade on April 15 this year, the 100th birthday of the late Kim.

High Flying with 723 Squadron

27 Februari 2012

AgustaWestland A109E (photo : RAN)

The Royal Australian Navy’s 723 Squadron has begun 2012 on a high tempo as they prepare to upgrade their capability.

The 723 Squadron’s Retention and Motivation Initiative (RMI) program currently operate three
AgustaWestland A109E helicopters under lease from Raytheon Australia.

The aircraft were recently on a training mission in Queensland where they were prepared to conduct relief during the recent flood. However their services were not required.

Commanding Officer of 723 Squadron, Commander Matthew Shand said these flights provide valuable opportunities for junior aircrew to plan and execute tasks in a wide variety of environments.
“It’s been an active start to a promising year” Commander Shand said as the Squadron eagerly await the arrival of three new Bell 429 helicopters to augment their existing fleet of 13 AS350BA Squirrels.

The new Bell 429 helicopters will still be leased from Raytheon Australia, and with their composite construction, full glass cockpit and advanced systems, the Bell 429 helicopters are set to be the most modern aircraft in Australian skies when they start flying with the Squadron mid this year.

“The experience we’re getting flying the A109E has a big impact on our ability to plan and evaluate complex missions” said Lieutenant Trine Themsen an Aviation Warfare Officer currently training with the Squadron.

“We’re excited about introducing the new Bell 429 into our training and seeing what it can do”.
The first of three new Bell 429 helicopters are due to arrive at
HMAS Albatross in Nowra during March before undergoing a limited test program and entering service with 723 Squadron in May.

(RAN)

Saturday, February 25, 2012

Puspenerbal Akan Tambah 10 Helikopter dan 3 Pesawat

26 Februari 2012

Pesawat CN-235 pesanan TNI AL per Januari 2012 (photo : Indonesia Raya)

TRIBUNJATIM.COM,SURABAYA- Program pembangunan kekuatan unsur udara untuk mengantisipasi potensi ancaman dari laut dalam tahun ini Pusat Penerbangan Angkatan Laut (Puspenerbal) TNI AL akan menambah 10 Helikopter dan tiga pesawat patroli maritim (Patmar).

KSAL Laksamana TNI Soeparno mengatakan, kebutuhan Helikopter dan Patmar tersebut adalah tuntutan mengimbangi kekuatan lawan, terutama Helikopter yang memiliki kemampuan Anti Kapal Permukaan (AKPA) dan Anti Kapal Selam (AKS).

“Ini adalah Prioritas teutama Helikopter dengan kemampuan AKS yang paling ditakuti oleh kapal selam lawan yang disinyalir sering melakukan kegiatan spionase melalui perairan teritorial maupun alur laut,” papar Soeparno usai menjadi Irup Sertijab Komandan Puspenerbal di Apron Hanggar Lanudal Juanda, Jumat (23/2/2012).

Heli Anti Kapal Selam dan Anti Kpal Permukaan akan melengkapi arsenal TNI AL (photo : ADF)

Selain Helikopter AKPA dan AKS pihaknya juga memesan jenis Helikopter angkut taktis. Untuk pesawat terbang, Puspenerbal dalam tahun ini juga akan menambah tiga pesawat Patroli Maritim (Patmar).

“Satu pesawat sudah selesai dan akan diserahkan tanggal 28 nanti,” jelasnya.

Sementara untuk pesawat lama seperti jenis pesawat Nomad, kata Soeparno jika masih bisa dirawat, pesawat tersebut tetap akan dipakai.

“Akan dipelajari lagi rencana grounded, kalau bisa dipertahankan akan dipakai,” pungkasnya.

Journey of Vietnam Made UAV

25 Februari 2012

In 1996, Vietnam has successfully fabricated a target aircraft, marking a step forward of the aviation engineering industry of the Vietnam (all photos : BaoDatViet & ttvnol)

The goal is not just for flying training mission air defense units, but also the foundation for Vietnam to design UAV reconnaissance.

After a period of research, manufacturing and testing, in 1996, the target aircraft launched a mark a great progress of aviation engineering Air Defense-Air Force.

Up to now, not only in the types of target aircraft, unmanned aircraft (UAV) training service, Air Defense - Air Force is also home study, created the UAV for military purposes to participate a. That success has made Vietnam become one in five Southeast Asian countries design and manufacture successful UAV.

The Target Aircraft

Previously, after the season firing of the air defense forces, air force, the unit is excited to destroy the target performance is relatively high and stable.

However, the head of Air Defense - Air Force at the time the utmost concern. Scientific and Technical growing military activities of the enemy in combat increasingly sophisticated, especially the means of offensive fire air. Failure to improve training innovation is difficult to meet mission requirements in the new situation.

Therefore, the research, production targets flying as a mission imperative and necessary. To prepare for this mission, in 1996, Air Defense - Air Force bought the combination DF-16 flying machines of Israel and delivered to the Defense Department of Education (Department General Staff - Air Force) research and learning. Next, the High Command of U.S. spy agency assigned to coordinate with the A40 plant research, manufacturing target aircraft.

After 3 years of research, design, fabrication and testing, in late 1999, two target aircraft symbols M-96 (flight day) and M-96D (night flights) have been shipped factory and flew A40 successfully tested in the sky Mieu Mon (Ha Noi).

M-100CT target aircraft for training firing artillery unit high-radiation missile.

This target type of glass TZK support, and manual controls make the flight with the naked eye visibility. And since then, the target M-96 and M-96D is the Air Defence - Air Force series production for the missile force, high-radiation artillery training.

However, compared to other types of target aircraft in the world for air defense forces, air force training, M-96 has many limitations such as short range, low ceiling and small speed. Therefore, M-96 was studied further improvements and upgrades to the wide operating range, high ceiling, greater speed, especially flying devices automatically predefined program.

Continued military service assigned to the engineers involved in the production of each M-96. After The research objective of the Institute of Technical Chamber of aircraft - Air Force (VKTPK-KQ) was established, Colonel Trinh Xuan Dat was appointed chief, Lieutenant Colonel Nguyen Thanh Tinh as deputy director, the Board granted with funding of infrastructure, material and equipment for research and production.

After nearly half a year of research the Institute has completed its mission of M-96 M-100CT, ensuring the technical requirements. The flight program was conducted in the report in July 2004, the Institute has performed successful flights of the target M-100CT.

Improvement program target M-96 to M-100CT success is both a step forward in the field of aircraft manufacturing goals, this is a firm basis for the U.S. spy scientists towards the realization of dream UAV successfully fabricated dream.

UAV "Made in Vietnam"





Indeed, before the success of M-100CT, early 2001, VKTPK - KQ has started the project "Research, design, fabrication UAV control program", symbol M-400CT. This device has many similarities with the flying machines The DF-16 production by Israel. Until the test is successful M-100CT, assigned to The Research Institute target aircraft continue to improve our products.

Colonel Trinh Xuan Dat said, this is a difficult task, requiring effort and invest more intellectual, the most difficult is the design and manufacture of automation control program. Meanwhile, this component is not imported, the water is increasingly scarce, so the engineers have a lot of experimental research on the different components.

As part of making the shell, the fuselage, unlike the target aircraft, this time in collaboration with the Institute of Polytechnic University of Hanoi using composite materials (instead of wood as before), the material is both cheap and reduce the weight of the plane, bringing the ability to bring the plane's fuel.

After 4 years of research, testing, on 09/15/2005, 2 the UAV M400-CT version 405 and 406 successfully flew the last report at the airport flying Dual (Bac Giang), with high 2000 m, 15 km radius of operation.
Colonel Trinh Xuan Dat-head study of target aircraft is one of those instrumental in making unmanned aircraft in Vietnam.

Then VKTPK-KQ continue to improve and upgrade the M-400CT to a height of 3,000 meters, the speed of 250 - 280km / h, 30km radius of operation, can landing on the runway (earth or concrete).

Along with the construction of UAV, the Institute has also designed and built successful launch pad systems (for the absence of runway to take off) with the materials in the water, light and easy to maneuver.

With this success, dated 15.09.2006 is taken as date of birth of the UAV and successfully led Vietnam to become one of the few Southeast Asian countries built UAV.

Currently, VKTPK - KQ is the target aircraft production, UAV for the training of air defense forces, air force and army air defense forces.

Compared to the previous target and UAV, now we have to improve and upgrade more than to meet mission requirements of these new and modern weapons. Along with the target aircraft production, UAV for military purposes, VKTPK - KQ also design, create different types of UAVs for civilian purposes, such as spraying aircraft, flight shooting, photography of the terrain ...

(
BaoDatViet)

Terbang Formasi Pesawat Intai Nomad


24 Februari 2012, Surabaya: Dua pesawat pengintai jenis Nomad milik Skuadron Udara 800 Wing Udara-1 Pusat Penerbangan TNI AL (Puspenerbal) melakukan terbang formasi di atas jembatan Suramadu, Perairan Surabaya, Jatim, Jumat (24/2). Terbang formasi tersebut merupakan rangkaian acara serah terima jabatan Komandan Puspenerbal dari Laksma TNI Halomoan Sipahutar kepada Laksma TNI Sugianto. (Foto: ANTARA/M Risyal Hidayat/Koz/Spt/12)

Komisi I Dukung Modernisasi dan Pembelian Alutsista Sesuai Renstra

25 Februari 2012, Jakarta: Ketua Komisi I DPR RI Mahfudz Siddiq melalui surat elektroniknya menegaskan Komisi I mendukung sepenuhnya modernisasi alutsista TNI melalui tiga fungsi; anggaran, kontrol dan legislasi. Komisi I membentuk Panja Alutsista untuk mendalami dukungan politis.

Selangkapnya 10 pernyataan Komisi I terkait modernisasi dan pembelian alutsista TNI:
1. Komisi I mendukung sepenuhnya modernisasi alutsista TNI mengacu kepada Renstra sebagai turunan dari Buku Putih Pertahanan. Secara intens kami mendiskusikan hal ini.

2. Dukungan dilakukan dalam 3 fungsi (anggaran, kontrol dan legislasi) secara terpadu dan komprehensif. Secara khusus komisi I membentuk Panja Alutsista untuk mendalami proses dukungan politik ini.

3. Dari aspek anggaran, komisi I dalam raker gabungan dengan Menhan, Panglima, Menkeu dan MenPPN sepakat untuk memenuhi alokasi Rp 150 Trilyun anggaran modernisasi alutsista renstra tahap 1 tahun 2010-2014.

4. Seiring dengan itu, komisi I meminta Kemhan dan Mabes TNI memperbaiki sistem perencanaan dan penganggaran, juga perbaikan status audit BPK ke arah Wajar Tanpa Pengecualian.

5. Untuk mendukung kemandirian alutsista TNI dan revitalisasi BUMNIP -- sebagimana kebijakan KKIP -- komisi I mendorong alokasi belanja alutsista TNI ke industri pertahanan dalam negeri. Termasuk melalui skema joint-production dan transfer-of-technology (ToT).

6. Untuk memperkuat payung kebijakan ini, komisi I menginisiasi RUU Industri Pertahanan yg akan segera dibahas bersama pemerintah.

7. Alhamdulillah sikap dan tekanan kuat Komisi I tentang modernisasi alutsista menghasilkan peningkatan signifikan anggaran dari tahun ke tahun. Termasuk peningkatan alokasi belanja ke industri pertahanan dalam negeri.

8. Hal lain adalah sikap Komisi 1 agar pemerintah mengurangi Pinjaman Luar Negeri/Kredit Ekspor dan mensyaratkan setiap kontrak pembelian alutsista dari luar negeri dengan 3 hal: ToT /joint-production, tanpa kondisionalitas dan jaminan keberlangsungan.

9. Dalam fungsi kontrol. Komisi I intensifkan pengawasan melalui peninjauan lapangan, monitoring proses kontrak, diplomasi dengan pihak pemerintah/parlemen/industri luar negeri. Yang krusial adalah memastikan keajegan perencanaan agar tidak sering berubah di tengah jalan.

10. Last but not least, tanggung jawab moral dan politik komisi I terus memastikan tidak terjadi penyelewenangan uang negara dlm realisasi anggaran oleh Kemhan dan Mabes TNI. Kami punya cukup banyak informasi tentang hal ini.

@Berita HanKam

Pemerintah Berencana Membeli Korvet yang Ditolak Brunei

KDB Nakhoda Ragam, KDB Bendhara Sakam dan KDB Jerambak kapal korvet kelas Nakhoda Ragam teronggok selama 10 tahun setelah Brunei Darussalam sebagai pemesan batal mengoperasikan. Aljazair diberitakan akan mengakuisisi ketiga korvet, tetapi membatalkan, lebih memilih frigate kelas FREMM. Indonesia sedang bernegosiasi untuk membeli ketiga korvet ini. (Foto: Flickr)

25 Februari 2012: Besarnya wilayah laut Indonesia membuat TNI Angkatan Laut (TNI AL) terus berbenah diri dengan menambah armada tempurnya. Salah satunya adalah dengan membeli kapal perang dari negara lain.

Tersiar kabar bahwasanya TNI AL sedang mengincar kapal perang Nakhoda Ragam Class, sebuah kapal perang kelas corvete buatan BAe System Marine, Inggris, yang tidak jadi dibeli AL Brunei Darussalam karena suatu masalah.

Menanggapi kabar tersebut, kepada itoday, pengamat pertahanan Muradi mengatakan, jika memang kapal yang akan dibeli adalah kapal kelas patroli, maka tidak akan menjadi masalah. Tetapi jika yang dibeli adalah kapal perang yang berukuran besar, maka itu menjadi masalah. Sebab kebutuhannya berbeda dengan apa yang dibutuhkan Indonesia.

Pembelian alat utama sistem senjata memang bukan seperti membeli kacang goreng, setiap negara memiliki kebutuhan yang berbeda. Oleh sebab itu, walaupun kapal yang dibelui sama kelasnya, tetapi masalah “jeroan” kapal bisa berbeda. Karena setiap negara memiliki spesifikasi dan kebutuhan menghadapi tantangan yang berbeda.

“Perairan Brunei itu sangat sempit. saking sempitnya, perairan Brunei mungkin bisa dikelilingi dengan kapal patroli kecil dalam waktu tiga jam saja. Bandingkan dengan perairan Indonesia,” jelas Muradi.

KRI Diponegoro-365 satu dari empat korvet kelas SIGMA. Pemerintah pernah mencanangkan kapal perang baru TNI AL dirancang merujuk disain SIGMA. (Foto: Damen)

Melihat adanya perbedaan yang sangat signifikan itu, Muradi menganggap, rencana pembelian kapal perang buatan Inggris yang tidak jadi dibeli Brunei, adalah solusi instan untuk jangka pendek saja, karena untuk mengakali anggaran pertahanan Indonesia yang terbilang kecil.

Dari informasi yang diterima itoday, rencana pembelian kapal perang Nakhoda Ragam Class ini sudah mencapai 70 persen, sudah mencapai tahapan MoU. Namun TNI AL tetap membuka kemungkinan untuk membeli kapal perang lainnya untuk memperkuat armada tempurnya.

Nakhoda Ragam Class sendiri adalah kapal perang kelas corvete buatan Inggris yang dibuat berdasarkan seri F2000, yang memiliki kecepatan maksimal 30 knot.

Kapal perang ini dilengkapi sensor radar dan avionik buatan Thales, dipersenjatai dengan satu meriam 76 mm, dua meriam penangkis serangan udara kaliber 30 mm, torpedo, Thales Sensors Cutlass 22, rudal permukaan-udara Seawolf, rudal Exocet MM40 Block II dan dilengkapi dengan hanggar yang mampu menampung satu S-70 Seahawk.

Sumber: itoday

Versi Terbaru Tank Leopard 2A7+

Leopard 2A7. (Foto: KMW)

25 Februari 2012, Jakarta: Perusahaan Krauss-Maffei Wegmann (KMW) asal Muenchen, Jerman, mengembangkan dan memproduksi tank Leopard seri terbaru yang diluncurkan pertama kali pada Juni 2010, Leopard 2A7+. Tank ini setingkat lebih maju dan canggih daripada Leopard 2A6 yang akan dibeli pemerintah Indonesia dari Belanda.

Leopard 2A7+ adalah tank tempur utama berteknologi canggih yang telah teruji dan digunakan Angkatan Darat Jerman. Pada Juli 2011 pemerintah Jerman melalui Dewan Keamanan Federal telah menyetujui penjualan 200 unit Leopard 2A7+ ke pemerintah Kerajaan Arab Saudi.

Manajer proyek Krauss-Maffei Wegmann, Kai Stollfuss, mengatakan ada dua perbedaan utama antara tank Leopard 2A7+ dibandingkan Leopard A6: sistem periskop dan sistem komputernya yang jauh lebih canggih. Leopard 2A7+ dapat digunakan di segala medan pertempuran, mulai dari pegunungan, perbukitan, perkotaan, hingga menyeberangi sungai.

"Sama seperti Leopard 2A6, Leopard 2A7+ cocok digunakan di Indonesia. Tank ini terbukti andal digunakan di Afganistan yang kondisi geografisnya bergunung-gunung," ujar dia di sela pameran kedirgantaraan dan teknologi pertahanan Singapore Airshow, Jumat pekan lalu, 17 Februari 2012.

Leopard 2A6 dilengkapi dengan meriam L55, sebuah mesin yang mampu mendeteksi ranjau dan sistem pendingin udara. Sejak Maret 2001 Angkatan Darat Jerman memperbarui tank Leopard 2A5 mereka menjadi Leopard 2A6. Adapun tentara Kerajaan Belanda memperbarui 180 unit tank Leopard 2A5 menjadi Leopard 2 A6, yang mulai beroperasi sejak Februari 2003.

Leopard 2A7+ memiliki fasilitas yang lebih lengkap daripada pendahulunya. Selain meriam Rheinmetall L55 kaliber 120 mm dan mesin pendeteksi ranjau, tank tempur yang dikembangkan untuk misi baru Angkatan Darat Jerman ini dilengkapi dengan sistem yang berfokus pada perlindungan 4 awaknya dari serangan roket, ledakan ranjau, hingga lontaran granat.

Tank jenis ini juga dilengkapi peralatan untuk membersihkan jalur dari ranjau, jebakan bom, atau puing-puing yang dapat menghalangi pergerakan. Sarana komunikasi eksternal yang lebih canggih juga dipasang pada tank tempur ini. Tak hanya itu, Leopard 2A7+ juga dilengkapi dengan sensor panas di bagian depan dan belakang serta peningkatan kemampuan periskop untuk pengintaian jarak jauh.

Dengan berat 67,5 ton, panjang badan dan meriam 10,97 meter, lebar 4 meter, tinggi 2,64 meter, Leopard 2A7+ memiliki mesin berkekuatan 1.500 tenaga kuda yang mampu dipacu hingga kecepatan 72 kilometer per jam. Daerah jelajahnya mencapai 450 kilometer. Tembakan meriamnya mampu menjangkau jarak hingga 6 kilometer.

Stollfuss mengatakan Krauss-Maffei Wegmann adalah satu-satunya perusahaan di Jerman yang memproduksi tank seri Leopard. Perusahaan ini awalnya mengembangkan Leopard 2 sebagai tank tempur utama pada 1979, menggantikan Leopard 1 yang diproduksi 16 tahun sebelumnya. Leopard dikembangkan menjadi beberapa seri hingga yang terbaru adalah Leopard 2A7+.

Ada lebih dari 6.000 unit tank Leopard 1 yang diekspor ke Belgia, Denmark, Kanada, Yunani, Italia, Belanda, Norwegia, Australia, dan Turki. Sedangkan Leopard 2 digunakan militer Austria, Kanada, Denmark, Cile, Finlandia, Yunani, Jerman, Belanda, Norwegia, Portugal, Polandia, Singapura, Swiss, Turki, Swedia, dan Spanyol. Jumlah Leopard 2 seluruhnya mencapai lebih dari 3.200 unit.

Stollfuss tidak bersedia memberikan informasi harga tank Leopard yang diproduksi Krauss-Maffei Wegmann. Dia mengatakan hanya sebagai pihak yang menyediakan tank sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan negara pembeli. Soal harga tank diserahkan sepenuhnya kepada pemerintah Jerman. "Karena pembelian tank ini harus G to G, dari pemerintah ke pemerintah," kata dia.

Ditanya tentang rencana pemerintah Indonesia membeli tank Leopard dari Belanda, Stollfuss mengetahui dan mengikuti pemberitaannya. Dia pula yang memberi tahu Tempo bahwa tank yang dipesan pemerintah Indonesia adalah dari seri Leopard 2A6. Namun dia enggan berkomentar tentang rencana pembelian Leopard 2A6 oleh pemerintah Indonesia.

Belanda berencana menjual 100 unit tank Leopard 2A6 bekas. Pemerintah Indonesia harus merogoh kocek sebanyak US$ 280 juta untuk mendapatkan seluruh tank yang ditawarkan Belanda. Itu pun jika parlemen kedua negara, yang selama ini getol menolak rencana pembelian tersebut, berubah sikap dan menyetujuinya.

Stollfuss mengatakan, kalaupun jadi membeli Leopard 2 A6 buatan Belanda, pemerintah Indonesia disarankan memperbarui dan meningkatkan kemampuannya menjadi tank seri terbaru, yakni Leopard 2 A7+. Menurut dia, tank dengan kemampuan lebih canggih pasti akan lebih menguntungkan pemerintah Indonesia. "Tapi tentu harus ada biaya tambahan yang dikeluarkan untuk modifikasi tersebut," kata dia menandaskan.

Sumber: TEMPO

Hercules Kembali dari AS Setelah Jalani Overhaul

C-130 Hercules TNI AU. (Foto: Dispenau)

24 Februari 2012, Jakarta: Pesawat angkut militer Hercules milik TNI AU kembali ke Indonesia setelah menjalani perbaikan menyeluruh (overhaul) di Amerika Serikat. Serah terima pesawat ini akan dilakukan di base ops Halim Perdanakusuma.

“Siang ini akan dilakukan upacara penyambutan,” kata Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Pertama Azman Yunus saat dihubungi, Jumat (24/2). Menurut Azman, Hercules yang mengalami overhaul atas bantuan Amerika ini dilakukan sejak setahun lalu.

Selain perbaikan, mulai body, structure hingga persenjataan, pesawat ini juga di-up grade kemampuannya. “Serah terima dilakukan oleh dubes Amerika di Indonesia dengan Wakil KSAU,” ujar Azman. Pesawat ini diperbaiki di Oklahoma Amerika Serikat untuk menjalani pemeliharaan berat dalam Programmed Depot Maintenance di hanggar perusahaan swasta ARINC, di Oklahoma, Amerika Serikat.

Jika pesawat tersebut selesai diperbaiki, direncanakan dua unit Hercules lainnya akan juga diperbaiki. Menurut Azman, teknisi TNI AU sebenarnya punya kemampuan memperbaiki pesawat tersebut. Namun, kemampuan tidak didukung fasilitas dan peralatan pendukung.

"Alat-alat yang dibutuhkan tidak ada. Kalau beli (alat-alatnya), lebih jauh dan lebih mahal, lebih baik kita gunakan orang lain," katanya.

Sumber: Jurnas

Friday, February 24, 2012

Sikorsky Puts in Bid to Supply 16 Choppers

25 Februari 2012

S-92 helicopter. Sikorsky is seeking to expand its market in Thailand by bidding to supply choppers for the kingdom’s first dedicated search and rescue operation. (photo : AirShowsReview)

Sikorsky Aircraft Corp, the US helicopter producer known for its Black Hawk make, is seeking to expand its market in Thailand by putting a bid to supply aircraft for the kingdom's first dedicated search and rescue operation.

The Connecticut-based company will contest in a competitive international bid to be issued next week by the Royal Thai Air Force (RTAF) to deliver up to 16 helicopters for SAR missions in a transaction that could reach a value of more than US$320 million (9.8 billion baht).

Sikorsky will pitch its S-92, the larger advanced utility which can carry up to 19 passengers in airline-style configuration, against other bidders in the RTAF contest, Daniel Zsebik, Sikorsky's director for sales in Asia, told the Bangkok Post in Bangkok.

Although the RTAF's programme involves 16 helicopters, its initial budget would allow the procurement of four.

Depending on how the chopper is equipped with sophisticated technology and add-ons, an S-92 could cost $20-24 million a piece, Mr Zsebik said.

Included in its bid will be the training of RTAF pilots in the US and Britain in operating the S-92 as well as sending Sikorsky's own trainer pilots to Thailand to assist Thai pilots to ensure they can handle the aircraft properly.

Ahead of the RTAF bid, Sikorsky this week staged a series of demonstration flights over Greater Bangkok skies to the Thai armed forces to show off the S-92's multi-mission capabilities.

The Thai visit is part of an Asian tour of S-92 "Legacy of Heroes" (LOH) helicopter and includes Malaysia, Brunei, Singapore and India - all considered potential buyers of the aircraft for different purposes including for SAR, as offshore oil rig transport and as a carrier for heads of state.

Thai armed forces already have Sikorsky helicopters in their fleets - Black Hawks with the Royal Thai Army, S-92s at the RTAF (used as carriers for royals) and the Royal Thai Navy (RTN) which flies Sea Hawks and S-76s which can carry 12 people.

The S-92 has a range of 880km with a top speed of 306km/hour.

Defence Minister Presses Ahead with U-boats Plan

25 Februari 2012

The navy had originally planned to buy six second-hand submarines from Germany (photo : Militaryphotos)

Sukumpol presses ahead with U-boats plan

Defence Minister Sukumpol Suwanatat wants to submit the navy's proposals to buy second-hand submarines to the cabinet next week.

However, he said he was unsure whether they will be submitted in time for the cabinet meeting on Tuesday.

The minister said a few more days are needed to discuss the proposals before they can be forwarded to the cabinet.

ACM Sukumpol said it was a race against time as Germany, which makes the submarines, has given the government until the end of the month to decide whether to buy them or not.

ACM Sukumpol says he supports the navy's position that it needs the submarines to fulfil its maritime defence missions.

If and when the submarines are acquired, the navy will have to adjust its own budget to effectively maintain the upkeep of the submarines.

ACM Sukumpol was yesterday paying a formal visit to the navy for the first time since assuming the post of defence minister.

The minister was greeted by navy chief Surasak Roonroengrom and other senior navy officers.
He was briefed about the navy's development plans for the next 10 years, including its need to have submarines to boost its underwater capabilities to meet any external threats. The navy had originally planned to buy six second-hand submarines from Germany.

However, since the cabinet has not yet approved the proposals, Germany has in the meantime sold two of the submarines to Colombia. The navy now hopes to buy the remaining four for 5.5 billion baht.

"Now, Myanmar wants to acquire submarines ... Thailand's desire to have its own submarines does not mean that the country wants to follow the example of others," he said.

"There has been much talk about submarines since the time of HRH Prince Chumphon Khet Udomsak [the father of the Royal Thai Navy]," said the defence minister.

(Bangkok Post)

Hercules Kembali dari AS Setelah Jalani Overhaul

24 Februari 2012

Pesawat Hercules A-1323 (photo : Kaksus Militer)

Jurnas.com PESAWAT tempur Hercules milik TNI AU kembali ke Indonesia setelah menjalani perbaikan menyeluruh (overhaul) di Amerika Serikat. Serah terima pesawat ini akan dilakukan di base ops Halim Perdanakusuma.

“Siang ini akan dilakukan upacara penyambutan,” kata Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Pertama Azman Yunus saat dihubungi, Jumat (24/2). Menurut Azman, Hercules yang mengalami overhaul atas bantuan Amerika ini dilakukan sejak setahun lalu.

Selain perbaikan, mulai body, structure hingga persenjataan, pesawat ini juga di-up grade kemampuannya. “Serah terima dilakukan oleh dubes Amerika di Indonesia dengan Wakil KSAU,” ujar Azman. Pesawat ini diperbaiki di Oklahoma Amerika Serikat untuk menjalani pemeliharaan berat dalam Programmed Depot Maintenance di hanggar perusahaan swasta ARINC, di Oklahoma, Amerika Serikat.

Jika pesawat tersebut selesai diperbaiki, direncanakan dua unit Hercules lainnya akan juga diperbaiki. Menurut Azman, teknisi TNI AU sebenarnya punya kemampuan memperbaiki pesawat tersebut. Namun, kemampuan tidak didukung fasilitas dan peralatan pendukung.

"Alat-alat yang dibutuhkan tidak ada. Kalau beli (alat-alatnya), lebih jauh dan lebih mahal, lebih baik kita gunakan orang lain," katanya.

Thursday, February 23, 2012

Singapore Next-Gen Concept Rifle

24 Februari 2012

Well hidden under a plastic, transparent cover of a conceptual prototype of a new Singapore rifle next generation, shown for the first time at Singapore Air Show 2012 (photo : PK Sengupta)

During the Singapore Air Show 2012 ST Kinetics presented a conceptual model of the new generation rifle. The design is developed in the classical system and bullpup.

Family of weapons called Next-Gen Concept Rifle (NGCR) was shown in Singapore in three models: two in the classical system (including a variant of rifle-grenade launcher) and in the bullpup system. It is not clear whether the weapons are, like the Polish MSBS-5, 56, based on a common chamber, the castle, or whether it be two separate rifles, which will be characterized by a high interchangeability of parts. The differences between the prototypes shown at the exhibition would show the parallel design rather two rifles, which are divided among themselves as much as possible components.

Regardless of the structural system, in addition to the standard version will be available also with a shorter barrel sub carbine and sniper rifle with a barrel of greater length and rifle-grenade launcher with a suspended 40-mm grenade launcher (currently STK 40GL). Addition, the weapon has to be adapted to future soldier systems, including the Singaporean individual combat system Advanced Combat Man System (ACMS).
Model for Next-Gen Concept Rifle in the bullpup system. For NGCR in the bullpup system as a standard, just as in the SAR-21 is planned for an optical viewfinder with 1.5x magnification with a laser pointer to, and for a variety of classical or holographic sight collimator mounted on the universal mounting rail (photo : ST Kinetics)

Next-Gen Concept Rifle was designed by ST Kinetics, a subsidiary of ST Engineering. Regardless of the structural system is to be supplied with ammunition 5.56 mm x 45 and operate in accordance with the principle of using the energy of powder gases discharged through the side hole in the barrel, with a short gas piston. ST Kinetics promotes NGCR been used as the successor to 5.56-mm rifle butt in the system SAR-21, introduced to arms in 1999.

Comparison NGCR without iron and classical. Weight of the latter is expected to be 3.3 kg, and 805 mm length of foot flask in the extended position and 740 mm in the summary. Kolb is not folded to the side and is equipped with buccal pad with adjustable height (photo : ST Kinetics)

In contrast to the older weapons, new construction is to be fully adapted to the shooters right-and left-handed, and all keypads should be equally accessible. Similarly, the SAR-21, Next-Gen Concept will be powered rifle with a 30-cartridge magazine made of transparent plastic (removable with a gun earlier generation), which allows to evaluate the remainder in the middle of the number of munitions or as an option, with the standard M16 magazine. Rate of fire arms to be at the level of 600-900 rds. / Min, slightly higher than the SAR-21, which amounts to 450-650 rds. / Min. Standard switch the type of fire is to be 3-position (described pictographs settings: secure, fire and single fire mode), but the manufacturer is assumed to introduce an optional serial some blasting fire.

Next-Gen without iron Rifle concept is to have smaller dimensions and weight of about 25% smaller than previously used by the army automatic rifle Singaporean SAR-21. Weight of the latter is 3.82 kg in the basic version and a length of 508-mm barrel, 805 mm, and without iron 3 kg, a length of 700 mm (with a barrel measuring 368 mm) (photo : PK Sengupta)

Next-Gen Barrel Rifle concept is to have a length of 368 mm, or 14.5 inches, the same as the American Colt M4 rifle. Jump the grooves is to be - depending on the needs of the client - 178 or 305 mm. This will allow you to use the weapon to the newer, heavier 4.0-g projectile cartridge 5.56 mm x 45 NATO, which is used in the M16A2 and the most modern rifles or lighter 3.56-g bullet cartridge older 5.56 mm x 45 M193 . The latter include powered M16/M16A1, but is also used in a standard army rifle Singapore - SAR-21 in the bullpup system. This follows from the fact that Singapore przezbrajał the new weapon of M16S1 and wanted to maintain the interchangeability of ammunition between the old and new structures.

(Altair)

Menuju Kemandirian Rudal

Rudal C-705. (Foto: Zhenguan Studio)

24 Februari 2012: Industri pertahanan Indonesia memasuki babak baru.Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro bersama koleganya dari Republik Rakyat China Jenderal Liang Guanglie meneken kesepakatan untuk proses alih teknologi peluru kendali (guided missiles/rudal) C-705.

Dengan kesepakatan itu, Indonesia mendapat kewenangan untuk memproduksi rudal yang mempunyai jangkauan lintas cakrawala (over the horizon). Sekilas, ini merupakan kabar biasa.Tapi, bagi kepentingan pertahanan bangsa ini, langkah ini merupakan milestone bagi pembangunan kemandirian alat utama sistem senjata (alutsista) sekaligus menguatkan derajat kapabilitas pertahanan Indonesia. Bangsa ini pun patut berbangga karena tidak banyak negara yang mampu menguasai teknologi rudal atau berkesempatan mendapat alih teknologi senjata strategis tersebut. Pentingnya penguasaan teknologi rudal disadari betul bangsa ini.

Ini terlihat dari rangkaian program roket nasional hingga pembangunan material pendukung. Sudah jauh hari Indonesia memulai tahap awal pembangunan rudal dengan memproduksi roket udara ke darat, folding fin aerial rockets (FFAR), yang diaplikasikan pada helikopter dan pesawat milik TNI. Sejumlah BUMN,yakni PT Dahana,PT Dirgantara Indonesia,PT Pindad,dan PT Krakatau Steel, juga membangun roket R-Han yang mempunyai jangkauan 15-20 kilometer. Untuk material pendukung, awal tahun ini pemerintah meresmikan dua industri strategis,yakni PT Kaltim Nitrate Indonesia (KNI) di Bontang,Kalimantan Timur dan pabrik bahan berenergi tinggi di areal PT Dahana di Kabupaten Subang, Jawa Barat.

Dengan pengoperasian kedua pabrik tersebut,kebutuhan bahan baku peledak dan propelan sudah bisa dipenuhi dari dalam negeri. Dengan demikian,kerja sama dengan China merupakan lanjutan dari tahapan penguasaan teknologi rudal.Melalui kerja sama ini Indonesia mendapatkan limpahan teknologi (technology spillover) yang selama ini dikunci rapat-rapat oleh segelintir negara seperti teknologi telemetri, propulsi, tracking-and guidance, dan sebagainya.

Jika menguasai rahasia teknologi rudal ini,bisa jadi suatu saat Indonesia memproduksi rudal C-705,tapi juga memanfaatkannya untuk mendongkrak kapasitas roket pertahanan (R-Han) atau bahkan menyulap roket pengorbit satelit (RPS) yang tengah dikembangkan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) menjadi rudal balistik. Dalam pertahanan, kemampuan penguasaan rudal sangat strategis untuk meningkatkan kekuatan militer suatu negara. Rudal merupakan bagian dari kesenjataan artileri dengan daya jangkau yang mampu mencapai garis belakang pertahanan dan menembus jantung pertahanan lawan.

Ditilik dari kemampuan yang dimiliki––yakni daya jangkau (range), daya ketelitian (precision), dan daya hancur (destruction capability), rudal adalah instrumen paling efektif untuk memenangkan sebuah perang. Bagi TNI, rudal C-705 akan menjadi bagian dari sistem kesenjataan strategis. Rudal yang pertama diperlihatkan ke publik pada ajang Zhuhai Airshow Ke-7 pada 2008 direncanakan akan menempati posisi utama sistem senjata kapal cepat rudal (KCR) yang dimiliki TNI Angkatan Laut.

C-705 akan bahu-membahu dengan rudal Yakhont buatan Rusia yang dipasang di KRI kelas Van Speijk menjadi tulang punggung matra laut Indonesia, terutama di wilayah laut dangkal. Si vis pacem,para bellum.Jika mendambakan perdamaian,bersiap-siaplah untuk perang.Dalam konteks pemahaman inilah,penguatan, modernisasi, dan pembangunan kemandirian alutsista dilakukan oleh pemerintah.Penguasaan teknologi rudal menjadi instrumen penting membangun sistem pertahanan nasional yang mandiri dan berdaya getar tinggi–-high level of deterrence.

Sumber: SINDO

Dahlan Perintahkan Tiga BUMNIS Fokus Produksi Alutsista

Teknisi saat pengerjaan komponen pesawat C212-400 di hanggar PT Dirgantara Indonesia, Jalan Pajajaran Bandung, Jawa Barat, Jumat (10/2). PT DI telah ditunjuk oleh Airbus Military sebagai produsen tunggal pesawat C212-400 satu-satunya di dunia. Saat ini seluruh fasilitas produksi untuk C212-400 telah dipindahkan dari San Pablo, Spanyol, ke PT DI di Bandung. (Foto: Bisnis-jabar)

23 Februari 2012, Jakarta: Badan Usaha Milik Negara (BUMN) strategis seperti PT PAL Indonesia, PT Dirgantara Indonesia, dan PT Pindad akan berfokus untuk melayani pesanan dari Kementerian Pertahanan selama dua tahun mendatang. Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan mengatakan spesialisasi pekerjaan pada ketiga perusahaan pelat merah tersebut hanya sementara. "Nanti kalau sudah lebih bagus, baru boleh mengembangkan bisnis," katanya di Jakarta, Kamis, 23 Februari 2012.

Alasan tersebut diungkapkan Dahlan sehubungan dengan kerugian yang sempat diderita BUMN-BUMN strategis. Kontrak di bidang perniagaan, menurut dia, belum tentu menguntungkan BUMN. "Dulu pernah ada yang pesan kapal ke PT PAL, lalu dibatalkan saat kapal hampir jadi karena kontraknya kurang baik," ujarnya.

PT Dirgantara Indonesia akan memasok enam helikopter untuk Kementerian Pertahanan secara bertahap. Direktur Teknologi dan Pengembangan PT Dirgantara Indonesia Andi Alisjahbana beberapa waktu lalu menyampaikan bahwa nilai kontrak hingga 2014 antara PT DI dan Kemenhan mencapai Rp 9 triliun.

Tahun ini saja PT DI berencana membuat dua sampai tiga helikopter berjenis N-Bell untuk digunakan oleh Angkatan Laut. Selain itu, tahun ini PT DI juga akan membuat satu pesawat berjenis CN-235 untuk Korean Coast Guard.

Untuk modal pembuatan pesanan pesawat, Dahlan menginstruksikan agar BUMN strategis mengajukan pinjaman perbankan terlebih dahulu. Ia memberi contoh PT DI yang diizinkan mengajukan pinjaman Rp 1 triliun ke Bank BRI. Pinjaman perbankan, kata Dahlan, perlu diajukan agar pesanan bisa segera dibuat karena pencairan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara memakan waktu. "Toh nanti bisa dibayar setelah dana APBN cair," katanya.

Ukraina Tawarkan Industri Strategi kepada Indonesia

Perusahaan Negara Ukraina yang mengurusi Ekspor dan Impor Produk Khusus dan Peralatan Militer, Ukrspecexport, hari Rabu (22/3/2012) menegaskan, pihaknya bersedia bekerja sama dengan industri strategis Indonesia, terutama dalam memproduksi sistem persenjataan utama TNI. Ukrspecexport sejauh ini punya pengalaman luas dalam produksi peralatan militer.

Roman Noha, kepala panel ahli Ukrspecexport, dalam siaran persnya, hari ini menyebutkan, perusahannya berminat membangun relasi bilateral, tidak hanya pada penjualan namun juga dalam kemitraan strategis dengan perusahaan strategis di Indonesia.

"Memproduksi persenjataan di wilayah Indonesia lebih penting bagi kami, daripada mengirimkan produk siap pakai. Kami menghendaki mitra kami memperoleh benefit yang besar dari kerja sama seperti ini," ujarnya.

Pada tahap pertama, SC Ukrspecexport menawarkan pemain utama dalam industri militer untuk memproduksi tank tempur "Bulat" di PT Pindad.

Produksi ini bisa berbentuk upaya bersama dan bisa segera dimulai dalam waktu dekat. Produknya bisa langsung digunakan militer Indonesia dalam waktu yang pendek.

Berat tank "Bulat" hanya sekitar 45 ton, dengan kemampuan gerak yang tinggi, proteksi yang baik pada awaknya, dengan kemampuan meriam termasuk peluru kendali. AB Ukraina saat ini sudah menggunakan 80 tank "bulat" dan jumlah ini terus meningkat.

Sumber: Tempo/KOMPAS

Wednesday, February 22, 2012

Helicopter Dock Ships Boost Defence

23 Februari 2012

Canberra class LHD (image : McConrads)

THE arrival in 2014 of the first of two 27,000-tonne Landing Helicopter Dock warships represents the biggest change to Australia's "force projection capability" since the navy's first aircraft carrier was acquired more than 60 years ago, Defence Force chief General David Hurley said yesterday.
Speaking at a key defence conference in Canberra, General Hurley said restructuring of the army's three combat brigades into an amphibious assault force - the most ambitious revamp of Australian Defence Force doctrine in decades - was on track to enable company-size ship-to-shore landings by 2018.

He acknowledged "disappointment at the state of the amphibious fleet" and pledged new maintenance practices that would ensure ships "in the right condition" were available for future missions.

Last year, the Royal Australian Navy was unable to provide support to victims of Cyclone Yasi because none of its amphibious vessels was seaworthy.

The challenges in creating an Amphibious Task Force (ATF) should not be underestimated, he warned.

Much would be learnt from the shared experiences of the US Marine Corps, units of which will soon to be based in Darwin, and its British counterpart, the Royal Marines, General Hurley said.

As reported in The Australian in December, the testbed for the new capability will be the Townsville-based 2nd Battalion Royal Australian Regiment, just returned from Afghanistan.

However, outside Afghanistan, the Australian Defence Force's primary operating environment extends from the eastern approaches of the Indian Ocean to the island states of Polynesia and from the equator to the Southern Ocean.

"This area encompasses 25,000 islands, 85,000km of navigable waterways.

"The ADF must be able to maintain situational awareness across this vast area and must be capable of responding swiftly and decisively to a range of scenarios," General Hurley said.

Defence Minister Stephen Smith told the conference it was likely Canberra would follow Washington's lead and postpone the purchase of 54 of the stealthy F-35 Joint Strike Fighters (JSFs) beyond the 14 the federal government is committed to buy.

"It won't be a priority in my view this year to make judgments about the receipt or the delivery or the arrival of future or additional Joint Strike Fighters," Mr Smith warned.

Experts said that was likely to translate into a decision to upgrade at least six of the new 24 F/A-18F Super Hornet fleet to advanced electronic warfare variants.

The federal government had 12 Super Hornets hard-wired on the assembly line for possible conversion as EA-18G Growlers - a move that would give the air force a formidable new .

KRI Sultan Iskandar Muda–367 dan BNS Madhumati (P-911) Gelar Boarding Exercise


23 Februari 2012, Lebanon: KRI Sultan Iskandar Muda–367 melaksanakan latihan Boarding Exercise (Boardex) dengan kapal perang Bangladesh BNS Madhumati (P-911). Serial latihan ini merupakan yang ketiga kalinya bagi KRI Sultan Iskandar Muda–367.

Boardex adalah latihan pemeriksaan dan penggeledahan di laut yang dilakukan oleh unsur MTF terhadap kapal-kapal yang termasuk dalam daftar mencurigakan (suspect),dimana pemeriksaan dan penggeledahan ini dilaksanakan secara kooperatif.

Pada latihan kali ini KRI Sultan Iskandar Muda–367 disimulasikan sebagai kapal yang diperiksamemberikan data-data yang sesuai dengan expected list yang dimiliki oleh unsur MTF sehingga menuntut untuk dilaksanakan pemeriksaan.

Pelaksanaan latihan diawali dengan prosedur hailing dimana BNS Madhumati(P-911) selaku unsur MTF di AMO memperoleh data yang mencurigakan terhadap kapal suspect kemudian menurunkan 1 tim boarding party dan 1 RHIB (Rigid Hull Inflatable Boat) lengkap dengan senjata ringan dan alat deteksi untuk melaksanakan pemeriksaan terhadap ABK, muatan maupun dokumen kapal suspect. Latihan dinyatakan selesai setelah Tim Boardex BNS Madhumati (P-911) menemukan simulasi barang terlarang berupa serbuk yang diduga sebagai barang narkotika.

Selesai latihan Dansatgas Maritim TNI Konga XXVIII-C/UNIFIL Letkol Laut (P) Agus Hariadi mengucapkan selamat kepada Dan Tim Boardex BNS Madhumati (P-911)karena latihan ini berjalan baik, aman dan lancar sesuai dengan Standard Operation Procedure (SOP).

KRI Sultan Iskandar Muda–367 Lakukan Advanced Manuevring Exercise


MISCEX 831 Advanced Manuevring Exercise adalah serial yang bertujuan untuk melatih Perwira Jaga Anjungan dalam mengolah gerakkan kapal (Manuvra Taktis) dalam membentuk formasi-formasi taktis yang diisyaratkan oleh OCS secara cepat dan benar. Latihan yang diikuti oleh 3 unsur MTF yakni KRI Sultan Iskandar Muda 367,BNS Madhumati (P-911) kapal dari Bangladesh dan FGS Ensdorf (M-1094) dari Jerman ini membentuk beberapa formasi antara lain formasi bersaf, formasi berbanjar.

Selain melatih oleh gerak kapal, latihan yang dipimpin oleh kapal perang Jerman FGS Ensdorf (M-1094) sebagai OCS ini juga melatih personil dalam code and decodeberita serta prosedur komunikasi dalam kirim terima berita.

Secara keseluruhan latihan yang dilaksanakan selama 2 jam ini dapat berjalan dengan aman dan lancar sesuai yang diharapkan.

Sumber: Dispenkoarmatim

Tiga Pesawat Sukhoi Uji Coba Bom Buatan TNI AU dan Pindad

(Foto: Sari Bahari)

22 Februari 2012, Jakarta: Tiga Pesawat tempur Sukhoi dari Skadron Udara 11 Lanud Sultan Hasanudin Makassar, Sulawesi Selatan, melaksanakan uji dinamis Bom Tajam buatan Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI AU (Dislitbangau) bekerja sama dengan PT Pindad. Uji coba dilakukan di Lanud Iswahjudi dengan sasaran Air Weapon Range (AWR) Pandanwangi, Lumajang, Jawa Timur, Rabu (22/2/2012).

Dalam siaran persnya, TNI AU menyatakan, ketiga pesawat Sukhoi tersebut menguji Bom Tajam Nasional (BTN)-250 dan Bom Latih Asap Practice (BLA P)-50, dengan tujuan untuk mengetahui daya ledak serta ketepatan sasaran. Kepala Penerangan dan Perpustakan (Kapentak) Kapentak Lanud Iswahjudi, Mayor Sutrisno, menuturkan jika uji coba Bom Tajam Nasional (BTN)-250 tersebut sukses sesuai dengan yang diharapkan, serta mendapat sertifikat kelaikan dari Dislitbangau, kemandirian di bidang alat utama sistem senjata atau alutsista akan terwujud.

"Sehingga pesawat TNI-AU, khususnya Sukhoi memiliki bom sendiri tanpa tergantung dari luar negeri," katanya.

Uji coba disaksikan langsung oleh Kepala Dinas Penelitian dan Pengembangan Angkatan Udara (Kadislitbangau), Marsekal Pertama TNI Basuki Purwanto, mulai dari pemasangan bom di body maupun wing pesawat Sukhoi hingga pelaksanaan pengeboman di AWR Pandanwangi, Lumajang.

Sumber: KOMPAS

TNI-AL Siaga di Natuna Cegah Nelayan Asing

KRI Mulga-832 adalah kapal patroli cepat kelas PC-40 buatan Fasharkan Manokwari. (Foto: Dispenarmatim)

22 Februari 2012, Tanjungpinang, Kepulauan Riau: TNI-AL mengoperasikan satu unit kapal perang untuk mencegah dan menangkap nelayan asing yang mencuri ikan di Natuna, Provinsi Kepulauan Riau.

Pernyataan itu disampaikan Komandan Lantamal IV/Tanjungpinang, Laksamana Pertama TNI Darwanto, pada seminar perbatasan yang digelar Komunitas Merah Putih di Tanjungpinang, Kepulauan Riau, Rabu.

"Satu unit Kapal Republik Indonesia belum mencukupi untuk mengawasi perairan Natuna yang sangat luas," kata Darwanto.

Ia mengungkapkan, nelayan asing asal Vietnam dan negara lainnya beberapa kali ditangkap saat mencuri ikan di perairan Natuna. Nilai ikan yang dicuri dari Natuna diperkirakan mencapai miliaran rupiah.

Namun aksi pencurian ikan berkurang setelah satu unit KRI yang dilengkapi senjata canggih setiap hari mengelilingi perairan Natuna.

"Baru-baru ini ada sekitar 20 kapal ikan milik nelayan asing yang memasuki perairan Ranai, Natuna. Namun mereka berhasil kabur setelah dikejar oleh KRI," ungkapnya.

Darwanto meyakini nelayan asing memiliki mata-mata di perairan Natuna. Orang yang memberi informasi terkait kondisi keamanan yang dibutuhkan nelayan asing tersebut diduga warga negara Indonesia.

"Kondisi itu yang menyulitkan kami menanggulangi aksi pencurian ikan yang dilakukan nelayan asing," katanya.

Selain menangkap nelayan asing, TNI AL tidak segan-segan menangkap pengusaha ikan lokal yang menjual ikan kepada pengusaha asing di tengah laut.

"Belum lama ini TNI AL pernah menenggelamkan kapal milik nelayan asing yang mencuri ikan, tetapi ternyata itu menimbulkan polemik. Namun dari sisi positifnya, tindakan yang diambil itu dapat menimbulkan efek jerah bagi nelayan asing," ujarnya.

Sumber: ANTARA News

Tiga Pesawat Sukhoi Uji Coba Bom Buatan TNI AU dan Pindad

22 Februari 2012

Pengecekan Bom BTN-250, yang terpasang di Wing pesawat Sukhoi, sebelum pelaksanaan pengeboman (photo : TNI AU)

JAKARTA, KOMPAS.com - Tiga Pesawat tempur Sukhoi dari Skadron Udara 11 Lanud Sultan Hasanudin Makassar, Sulawesi Selatan, melaksanakan uji dinamis Bom Tajam buatan Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI AU (Dislitbangau) bekerja sama dengan PT Pindad. Uji coba dilakukan di Lanud Iswahjudi dengan sasaran Air Weapon Range (AWR) Pandanwangi, Lumajang, Jawa Timur, Rabu (22/2/2012).

Dalam siaran persnya, TNI AU menyatakan, ketiga pesawat Sukhoi tersebut menguji Bom Tajam Nasional (BTN)-250 dan Bom Latih Asap Practice (BLA P)-50, dengan tujuan untuk mengetahui daya ledak serta ketepatan sasaran. Kepala Penerangan dan Perpustakan (Kapentak) Kapentak Lanud Iswahjudi, Mayor Sutrisno, menuturkan jika uji coba Bom Tajam Nasional (BTN)-250 tersebut sukses sesuai dengan yang diharapkan, serta mendapat sertifikat kelaikan dari Dislitbangau, kemandirian di bidang alat utama sistem senjata atau alutsista akan terwujud.

"Sehingga pesawat TNI-AU, khususnya Sukhoi memiliki bom sendiri tanpa tergantung dari luar negeri," katanya.

Uji coba disaksikan langsung oleh Kepala Dinas Penelitian dan Pengembangan Angkatan Udara (Kadislitbangau), Marsekal Pertama TNI Basuki Purwanto, mulai dari pemasangan bom di body maupunwing pesawat Sukhoi hingga pelaksanaan pengeboman di AWR Pandanwangi, Lumajang.

(Kompas)

Kemhan dan Undip Bangun Waduk untuk Kegiatan Militer dan Non-Militer

TNI kerap kali mengelar latihan militer dengan medan air di waduk Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat. (Foto: elshinta)

22 Februari 2012, Semarang: Universitas Diponegoro (Undip) Semarang berencana membangun waduk dengan luas lebih kurang 30 hektare. Untuk merealisasikannya pihak kampus mengandeng Kementerian Pertahanan (Kemenhan), karena tanah milik Kodam IV Diponegoro seluas 10 hektar masuk dalam master plan waduk.

Tak tanggung-tanggung, Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro, turun tangan dalam pembicaraan dengan kampus agar tidak salah komunikasi. Menurut Purnomo, kompensasi yang diterima pihak TNI adalah fasilitas pinjam pakai untuk latihan tempur yang dilakukan setahun dua kali. "Di lahan yang dipakai untuk waduk biasanya untuk latihan tempur, jadi nanti kalau sudah jadi, kita pinjam pakai untuk latihan dengan variasi medan air," katanya dalam jumpa pers usai rapat dengan pihak Undip, Rabu (22/2).

Latihan tempur nantinya, kata Purnomo, diarahkan untuk simulasi pengamanan objek vital nasional. Pasalnya, TNI juga berkewajiban mengamankan objek vital seperti waduk, kilang minyak, dan kelistrikan, sehingga bisa membantu aparat kepolisian. "Pengamanan objek vital prosedurnya dilakukan sendiri, kalau tidak bisa diamankan oleh polisi, kemudian TNI," katanya.

Di luar jadwal latihan waduk tersebut tidak akan digunakan untuk kegiatan kemiliteran. Pengelolaan sepenuhnya diserahkan kepada Undip.

Rektor Undip, Profesor Sudharto, menyatakan siap memenuhi kompensasi, karena saling menguntungkan dari sisi kemiliteran, pendidikan, dan kemasyarakatan. Tujuan pembangunan waduk untuk mengendalikan aliran air di Sungai Srengseng agar tidak menimbulkan banjir di kawasan bawah. "Waduk juga sebagai laboratorium dosen dan mahasiswa untuk pembelajaran," ujarnya.

Dana pembangunan waduk sepenuhnya dari Kementerian Pekerjaan Umum. Untuk tahun 2012 rencana pembangunan masih tahap studi kelayakan. Waduk tersebut berada di Kelurahan Bulusan Kecamatan Tembalang Kota Semarang.

Sumber: Suara Merdeka